Netsembilan.com Indramayu-
Siapa sangka, daerah pesisir seperti Indramayu ternyata memiliki kerajinan kain tenun Gedogan, Berkat beberapa perempuan paruh baya yang masih setia menjalaninya, Indramayu masih punya kain tenun Gedogan khas Desa Juntikebon Rabu 25/5/2022.
Kain tenun gedogan diproduksi oleh ibu-ibu dari Desa Juntikebon, Kecamatan Juntinyuat, Kabupaten Indramayu. Penyebutan “gedogan” berasal dari nama alat itu sendiri yang disebut dengan gedogan.
Wendi sebagai Kuwu Junti Kebon ketika ditemu ditempat
kerja berharap " adanya Industri Kerajinan Tradisional Kain
tenun gedogan, Alhamdulilah masih berjalan dengan baik cuman yang menjadi kendala dipemasarannya untuk satu kain tenun masih dihargai 350 ribu rupiah padahal untuk
menghasilkan kain yang berkwalitas dan bermotif baik dikerjakan cukup lama, sehingga minat bagi generasi
penerus tidak ada yang mengutamakan, mereka lebih
condong ke pekerjaan pertanian karena sehari bisa menghasilkan 100 ribu rupiah.
"Pihaknya menambahkan satu Tenun Gedogan bisa selesai tujuh hari, untuk harganya 300.000 sampai 350.000, pendapatan perajinan kain Tenun gedogan satu hari hanya Rp. 50.000, rupiah, jadi untuk saat ini perajinan untuk hasilan masih kurang, untuk Tenun Gedogan sudah jarang, kebanyakan bekerja disawah.
"Harapannya kepada Pemerintah Daerah serta Dinas terkait untuk kerjasama dan partisipasinya
dalam mengangkat kerajinan kain tenun gedogan lebih dimaksimalkan lagi, baik alat oprasional untuk
pembuatannya, juga pemberdayaan para pengrajinnya dan ikut meningkatkan pemasarannya.
"Sehingga secara tidak langsung minat belajar untuk generasi berikutnya bisa tumbuh, jangan sampai kerajinan tersebut punah,
sangat perlu dilestarikan agar bisa diterusan dari generasi
seterusnya" Tutupnya.
Sartiwen (60) Tahun Blok Lurung Kampung Arab RT 05 RW 02, mengatakan untuk
mendapatkan satu tenunan bisa mencapai 5 sampai10 hari dan
dalam satu bulan hanya 2 kain tenun karena tidak difokuskan dalam pembuatannya hanya sebagai pengisi
waktu luang padahal kerajinan ini sebagai penghasilan tetap cuman karena menunggu pesanan jadi ya mau bagaimana lagi, untuk kerajinan sendiri sudah tidak ada penggantinya karena anak sendiri saja kerja jadi TKI (Tenaga Kerja Indonesia) menurutnya pekerjaan tersebut tidak bisa diandalkan jadi sumber matapencaharian, untuk pemasaranya saya mempercayakan ke Sunarih, saya hanya menerima apa yang dipesankannya," Ucapnya.
Sunarih (61) Tahun selaku pengrajin tenun warga Desa Juntikebon Blok Kesambi RT 002 RW 06 saat ditemui di
Rumah (25/05/22), mengatakan
kerajinan kain tenun merupakan hasil belajar dari orang tua dahulu, sementara untuk generasi penerus berikutnya yakni ke anak saya belum ada keniatan pernah coba belajar baru pertama merasa kecapean.
"Dalam pemasarannya kain tenun dengan ukuran panjang 3
meter dan lebar 60 centimeter bervariasi motif dan warnanya, yang banyak diminati pembeli bermotif
kluwungan dan suwuk pokoknya sesuai permintaan pesanan, untuk harga penjualannya masih dihargai 350 ribu rupiah, dan itu juga saya mengerjakan ketika ada yang
mau dibuatkan, untuk penjualannya memang sudah dikenal seperti dari Daerah Bandung dan Masyarakat yang
mengetahui dari mulut ke mulut bahwa pembuatannya ada disini berarti kan dari segi Kwalitas sudah dipercaya cuma pengembangan dipasarkannya kurang baik", Katanya. (Ari)