Netsembilan.com. Banyak sekali pekerjaan yang mulia di Dunia ini, pastinya setiap pekerjaan memiliki resiko yang berbeda-beda tentunya, seperti contoh pekerjaan supir angkutan kota (Angkot) misalnya, memiiki resiko tabrakan, takbrak lari dan sebagainya. Pekerja bangunan memiliki resiko jatuh dari ketinggian, tertimpa puing dan masih banyak lagi resikonya, mungkin Anda. Yang sedang membaca tulisan saya demikian, memiliki perkerjaan yang berat, yang sangat menguras tenaga dari terbit fajar hingga terbenamnya matahari, atau Anda yang kerjaan nya mikir, sampe pusing mencari solusi-solusi dari pekerjaan anda saat ini, banyak tekanan tentunya.
Baik itu tekananan dari atasan ataupun tekanan dari deathline. Sehingga membuat Anda harus segera menyelesaikannya dengan segera. Hidup terasa menjadi sempit akan hal itu, bahkan banyak juga di antara kita, yang bekerja totalitas mengahabiskan waktunya demi pekerjaan yang diembannya, bahkan sampai jauh dari Keluarga, meninggalkan itu semua, demi menghidupi keluarga kecilnya juga tak lain, untuk menepis tangisan anaknya. Ia rela merantau pergi mencari uang.
Juga ada diantara kita yang bekerja hanya untuk menghindari diri dari masalah keluarganya. Seperti broken home, serta sejenisnya. Dan adapula yang bekerja dengan model remote control, seperti Designer.
Begitu sulit dipaksa menjadi kreatif, dipaksa menciptakan karya yang begitu natural sehingga mendapatkan harga yang tinggi. Tak hanya itu, waktu, pikiran, kreatifitas, ide, serta kouta data sangat diperlukan untuk menciptakan sebuah karya 2D 3D
Tapi tidak heran masih banyak masyarakat Indonesia yang kurang menghargai jasa design, kebanyakan darinya mengucapkan terimakasih telah dibuatkan logo, terimakasih telah membantu ku, sadarkah kalian apa yang telah di korbankan oleh para designer, Sadarkah kita bahwa setiap kerja keras seseorang itu harus di bayar, sebelum keringat itu menetes, bahkan tidak jarang para Designer bergadang demi mencari sebuah ide, dan menyelesaikan Designnya itu. Namun setelah selesai tidak sesuai yang diharapkan para Designer,
Datang sebuah orderan hati sangat sumringah namun ketika selesai tidak begitu menyenangkan, belum lagi perbaikan yang tidak sesuai dengan pesanan, para Designer dengan senang hati menuruti printah pembeli, memperbaikinya, menambahkan yang kurang pas, merubah posisi, merubah warna sesuai keinginan pembeli, ketika sudah fix.
Meraka kaget dengan harga yang Designer ajukan, Ia beralasan bahwa design simple seperti ini ko harganya ratusan.. Wahai anda Masyarakat +62 sadarkah ini brand anda, sadarkah ini untuk anda, apa yang kami telah lakukan demi memenuhi kebutuhan anda, perusahaan anda, nama baik logo anda, kami semua mikir keras, setiap logo tidak hanya bentuk, tidak hanya warna, tetapi alasannyapun kami pikirkan, makna logo itupun juga kami pikirkan, alasan bentuk seperti itupun kami punya filosofinya. Begitulah kira-kira perasaan para Designer Indonesia.
‘’Bukan tak senang kami membantu kawan, akan tetapi kami juga perlu asupan’’ bukan kata melaikan harta, tidak jarang para designer muda Indonesia yang berbakat lebih asik membantu pelanggannya dari luar Negeri, karena banyak yang beralasan bahwa konsumen luar itu jauh lebih menghargai karya Designer, permintaannyapun simple sekali, namun bayarannya sangat menggiurkan, tak seperti masyarakat local, yang banyak permintaan namun nihil pemberian, mungkin bukan hanya di Designer saja, akan tetapi didunia olahragapun demikian,
Potensi-potensi anak muda Indonesia itu sangat bagus, haruslah didukung, agar dapat memajukan bangsanya sendiri.
Masih banyak lagi tentunya yang dirasakan para Designer, namun saya tidak dapat menjabarkannya hingga detail, akan tetapi saya menulis sudut pandang designer saja, Sekian laporan saya. Kabiro Netsembilan. (Krisna Mukti)