Iklan

Iklan

BRIN, Pertanian Presisi Untuk Mendukung Pertahanan Pangan Nasional

klikindonesia
15 Nov 2023, 13:28 WIB Last Updated 2023-11-15T06:28:48Z


Subang- Perkembangan inovasi di bidang pertanian untuk memenuhi kebutuhan pangan terus dikumandangkan oleh Pemerintah Indonesia yang bertujuan agar kebutuhan pangan Nasional terus terpenuhi. Hal ini sesuai dengan amanah UU No. 18 tahun 2012 tentang Pangan, Ketahanan Pangan adalah “Kondisi terpenuhinya Pangan bagi negara sampai dengan perseorangan, yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, beragam, bergizi, merata, dan terjangkau serta tidak bertentangan dengan agama, keyakinan, dan budaya masyarakat, untuk dapat hidup sehat, aktif dan produktif secara berkelanjutan”. 

Pusat Riset Teknologi Tepat Guna (PRTTG) – Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) berperan dalam penguatan inovasi Iptek dalam pengembangan riset-riset di bidang prapanen dan panen. Oleh karenanya, PRTTG-BRIN Subang menyelenggarakan Webinar Nasional yang kedua tahun 2023 dengan tema “Pertanian Presisi Untuk Mendukung Ketahanan Pangan”, pelaksanaan penyelenggaraan webinar ini dilaksanakan melalui zoom meeting pada hari Selasa (14/11).

“Penyelenggara webinar TTG oleh tim Kelompok Riset Prapanen dan Panen megundang topiknya yang mendukung pada pengembangan riset-riset di bidang prapanen dan panen, karenanya PRTTG mengundang narasumber-narasumber yang sangat kompoten di bidang prapanen dan panen, dengan harapan setelah webinar ini muncul kolaborasi-kolaborasi di bidang riset prapanen dan panen khususnya di bidang pertanian presisi atau di bidang precision agriculture”, ujar Kepala Pusat Riset Teknologi Tepat Guna (PRTTG), Achmat Sarifudin dalam sambutannya.

Achmat menyampaikan, bahwa fungsi PRTTG yang berada dibawah Organisasi Pertanian dan Pangan (ORPP)-BRIN diharapkan bisa memberikan warna di bidang manufaktur peralatan-peralatan TTG yang teruji secara komprehensip, dimana pada PRTTG ada lima kelompok riset yang salah satunya adalah Kelompok Riset TTG Prapanen dan Panen, teknologi kelompok ini kedepan diharapkan dapat mendukung di bidang pengembangan prapanen dan panen, dengan flagship tersebut PRTTG di bidang manufaktur sangat mendorong pengembangan pada precitions engineering, ungkap Achmat.

Kemudian Achmat menjelaskan, bahwa konsep awal telah dibuat di PRTTG yaitu bagaimana teknologi yang diterapkan dan nantinya memiliki ketepatan khusus di bidang manufacture engineering yang memiliki ring lebih spesifik pada mesin-mesin, sementara pada precision agriculture memiliki ketepatan yang lebih luas. Kemudian ia jelaskan kembali bahwa ketepatan khusus yang dimaksud pada manufacture enginering yaitu teknologi terkait dengan ketepatannya mulai dari aspek-aspek dosis pupuk, obat pestisida, teknik penanaman dan sebagainya, dengan demikian ketepatannya diharapkan akan mendorong pertanian yang berkelanjutan, jelas Achmat.

Lebih lanjut Achmat menyampaikan, bahwa webinar TTG kedua ini relevan dengan yang akan dibahas khususnya terkait precision agriculture, karenanya PRTTG menghadirkan para kolega-kolega sebagai narasumber inti pada webinar ini yaitu dari Direktur PT. Drone Lab Indonesia (Yosa Rosario) dan dari PEPI (Athoillah Azadi selaku Dosen Politeknik Enjiniring Pertanian Indonesia). 

Kemudian ia menyampaikan harapan pertamanya, bahwa drone menjadi salah satu tools yang dapat dimanfaatkan dengan teknologi berbasis 4.0 di bidang prapanen sampai dengan panen. Karenanya, pada webinar ini dapat memberikan inside pengembangan dan pemanfaatan teknologi drone mulai dari penanaman, pemupukan, penanganan hama sampai monitoring dan survei prapanen dan panen yang sangat bermanfaat bagi periset di PRTTG maupun bagi para kolega. 

Harapan keduanya, bahwa PRTTG dengan pihak PEPI sudah melaksanakan PKS riset dengan PRTTG, oleh karenanya agar diisi dengan berbagai macam aktivitas-aktivitas yang relevan dengan PRTTG baik itu prapanen dan pasca panen, kemudian berkolaborasi dengan tim kelompok riset prapanen dan panen di PRTTG untuk bersama-sama mengembangkan pertanian presisi tersebut, ungkap Achmat.

Narasumber pertama Yosa dalam sambutannya menyampaikan, bahwa pengalaman dirinya dalam bisnis pemanfaatan drone yang sangat berguna untuk industri perkebunan pertanian sejak tahun 2010, hal ini ia tekuni untuk pemanfaatan drone terutama yang berguna untuk pertanian di Indonesia sebagai Negara Agraris. Materi yang ia sampaikan pada webinar ini tentang “Pemanfaatan Drone dalam Pemberian Data dan Informasi di Bidang Pertanian” hal ini terkait bagaimana drone dapat memberikan informasi.  

“Pemanfaatan drone saat ini semakin luas semisal untuk fotografis, pemetaan dan pengiriman barang. Fokus pada informasi fotografis untuk pertanian bahwa manfaat drone adalah untuk pemetaan dan pemantauan lahan, penyebaran benih/bibit, dan pest control”, ungkap Yosa. 

Yosa menjelaskan, bahwa informasi yang didapatkan dengan penggunaan drone yaitu dengan menggunakan kamera multispektral pada informasi lahan, informasi tanaman, dan informasi serangan hama dan penyakit. Informasi lahan terkait dengan kelembaban lahan, tingkat kesuburan tanah, tekstur tanah, kemiringan lahan, keberadaan gulma, dan keberadaan bebatuan.

Kemuadian ia menjelaskan identifikasi tanaman dalam suatu wilayah dengan drone pada populasi tanaman, kesehatan tanaman, perkembangan tanaman, dan keberadaan hama dan penyakit. Hal tersebut merupakan kegiatan perawatan pada tanaman yang luas dengan penggunaan pestisida, pupuk dan lainnya. Identifikasi penyebaran hama dan penyakit dengan drone pada lokasi serangan hama dan penyakit, tingkat keparahan serangan hama dan penyakit.

Dimana drone melalui identifikasi foto udara akan lebih efektif dengan menggunakan kamera multispektral pada basic by warna sebagai sampel pada suatu identifikasi tanaman.

“Penggunaan drone potensial dalam pertanian terutama pada petani muda, namun disayangkan petani muda saat ini belum banyak yang tertarik, karenaya menjadi peran kita agar petani muda masuk dalam industri perkebunan pertanian”, jelas Yosa.

Lebih lanjut Yosa menyampiakan, dimana ada beberapa tantangan dalam penggunaan drone yaitu biaya, keterampilan dan pelatihan, regulasi, dan ketersediaan infrastruktur. Sedangkan peluang teknologi drone pada peningkatan efisiensi, peningkatan produktifitas, peningkatan kualitas hasil pertanian, dan peningkatan nilai-nilai tambah. Oleh karenanya, teknologi drone dapat menjadi solusi yang efektif untuk meningkatkan produktivitas pertanian di Indonesia, ungkap Yosa.

Sementara narasumber kedua Athoillah dalam sambutannya menyampaikan, masa depan ketahanan pangan modern di Indonesia sudah banyak dan lama dilakukan oleh teman-teman kita negara-negara lain, karena kita memang bayak hal hendikat yang menghambat pada perkembangan pertanian presisi di Indonesia, oleh karenanya perlu diketahui apa itu “Pertanian Presisi/ Precision Agriculture?”.

Dari kondisi pertanian presisi prapanen pada prisipnya adalah pertanian yang berbasis informasi dan produksi yang terintegrasi. Jadi semua informasi yang dari sumber input budidaya terkolek dan terintegrasi yang digunakan untuk meningkatkan efisiensi produksi, meningkatkan produktivitas, yang nantinya adalah untuk produktivitas pertanian secara jangka panjang, spesifik lokasi, dan menyeluruh. 

“Pentingnya budidaya pertanian yaitu untuk menipisnya permukaan air tanah, memberikan dosis nutrisi yang seimbang pada tananaman, mencegah degradasi tanah di lahan yang bisa ditanami, pengurangan penggunaan bahan kimia dalam produksi tanaman, dan meningkatkan kualitas, kuantitas dan mengurangi biaya produksi”, ungkap Athoillah.

Lebih lanjut Athoillah meyampaikan, bahwa tujuan dari pertanian presisi adalah untuk mengidentifikasi penyebab variasi dalam lapangan dalam kinerja tanaman, untuk meningkatkan efisiensi infut budidaya, memaksimalkan produksi, meningkatkan kualitas produksi, melindungi tanah dan air tanah, prediksi potensi panen lebih awal dan menentukan potensi manfaat ekonomi dan lingkungan.


Kemudian ia menjelaskan tentang pertanian presisi di Indonesia belum berkembang oleh karena beberapa hal diantaranya pertanian berukuran kecil, sistim tanaman yang heterogen, investasi modal awal yang tinggi, tingginya biaya untuk memperoleh dan menganalisis data spesifik lokasi, kurangnya keahlian teknis lokal, keengganan petani, dan kurangnya kesadaran terhadap permasalahan lingkungan hidup, jelas Athoillah.

Hadir dalam Webinar Nasional PRTTG ini Bapak Yanyan Achmad H selaku Ketua dan para anggota Kelompok Riset Prapanen dan Panen PRTTG serta para undangan dari berbagai daerah di Indonesia yang masuk pada link zoom meeting sebanyak 335 peserta. Nampak dalam kesempatan webinar ini para peserta sangat antusias dan cukup mengerti atas penjelasan materi yang disampaikan oleh kedua narasumber, karenanya menimbulkan banyak pertanyaan-pertanyaan dan terjadi interaksi tanya jawab atas keingitahuan peserta webinar terkait TTG pemanfaatan drone dan implementasi sistim pertanian presisi pendukung budidaya pertanian, (sp).
Komentar
Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE. #JernihBerkomentar
  • BRIN, Pertanian Presisi Untuk Mendukung Pertahanan Pangan Nasional

Terkini

Iklan