Iklan

Iklan

Periset BRIN, Lakukan Pembenahan TTG Pada Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila

klikindonesia
22 Agu 2024, 18:19 WIB Last Updated 2024-08-22T11:19:32Z


Subang, Humas BRIN. Pemberian pemahaman dan kesadaran baru kepada siswa SMP, bahwa sampah sudah menjadi masalah dan jika tidak dikelola sedini mungkin akan dapat menimbulkan bencana lingkungan yang dapat merugikan warga masyarakat. Sampah harus diolah dahulu sebelum dibuang ke tempat pembuangan dengan melakukan pemilahan sejak hulu, sampah  organik, anorganik dan limbah berbahaya. 

Pihak sekolah perlu menyiapkan tempat sampah sesuai dengan kategori limbahnya, misal sampah plastik botol, gelas dapat di pilah dan dibersihkan untuk dikumpulkan dan dijual ke penampungan sebagai bahan untuk recycle dan reuse setelah melalui proses industri, sambut Arie Sudaryanto, periset Ahli Utama di Pusat Riset Teknologi Tepat Guna (PRTTG)-Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Kawasan Sains Subang, hadir sebagai narasumber pada pelaksanaan edukasi Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5), dengan Topik “Aku Pelindung Bumiku Dari Sampah Plastik ” dan Sub Topik “Teknik Pengelolaan Lingkungan, Subang, Rabu (22/8).

Arie katakan, kesesuaian Teknologi Tepat Guna (TTG) atau materi yang diberikan kepada siswa, dimana tema pengelolaan sampah sesuai dengan pola pikir TTG, sebagai pendekatan teknologi yang mampu dikembangkan oleh masyarakat, dioperasikan dan dimanfaatkan oleh mereka untuk menjawab permasalahan nyata yang mereka hadapi dalam kehidupan sehari-hari. 

“Sampah perlu diolah dengan memanfaatkan TTG agar bisa digunakan dengan mudah dan tidak berbiaya tinggi. Sekolah memiliki program yang disebut dengan Adiwiyata, dimana pengelolaan lingkungan sekolah yang hijau dan asri menjadi salah satu tolak ukur dan kebersihan lingkungan yang nyaman serta siswa yang peduli dengan lingkungan yang berkelanjutan. Ada beberapa inovasi teknologi yang dikembangkan oleh Tim RDF dan BSF cocok untuk dimanfaatkan oleh mereka”, pungkas Arie.


Pada kesempatan ini, Arie merasa dan mendapatkan respon positif dari  siswa dan guru yang sangat bagus, dimana pihak SMPN 2 Subang nampak tergerak untuk membuat lingkungan sekolah yang nyaman dan ramah untuk menjamin suasana belajar dan mengajar dari siswa dan guru. Sekolah ini pernah mengikuti penilaian Sekolah Adiwiyata beberapa tahun yang lalu, setelah vakum saat Covid sekarang mereka bergairah kembali ingin dapat lolos dalam verifikasi Sekolah Adiwiyata di Tingkat Kabupatan dan Provinsi tahun 2025. Salah satu aspek penilaian Sekolah Adiwiyata adalah tentang pengelolaan sampah mandiri. Hal ini yang memerlukan kerjasama tindak lanjut antara pihak sekolah dan PRTTG-BRIN agar inovasi dapat dimanfaatkan oleh mereka.


Arie jelaskan, TTG BRIN dapat bermanfaat untuk membantu menghilirisasikan hasil-hasil Inovasi dan Risetnya, mengisi program/kegiatan P5 di SMPN2 Subang agar dapat mempercepat proses penyempurnaan produk prototypenya. Sementara dari pihak sekolah juga dapat memperoleh manfaat adanya ujicoba di lingkungan sekolah sesuai dengan permasalahan dan solusi yang akan diperoleh kemudian. Sekolah Adiwiyata adalah capaian sekolah yang ramah lingkungan, salah satu faktor pendukungnya adalah adanya inovasi TTG yang mampu memberikan konstribusi dalam mencapai tujuan tersebut, jelas Arie.


Pada sesi penutup, Arie sampaikan harapan jangka pendeknya adalah segera dapat dilakukan kerjasama pemanfaatan hasil riset dan inovasi BRIN di lingkungan sekolah untuk menjawab permasalahan yang mereka hadapi saat ini. Residu sampah yang menumpuk di halaman belakang sekolah sekarang ini sudah sangat mengganggu kenyamanan kelas (ada beberapa unit), sementara kita sudah memiliki hasil inovasi berupa Mesin Termal Pemusnah Sampah (MTPS) Skala Portable yang dapat dimanfaatkan oleh sekolah. Dalam waktu dekat Tim Inovasi Peralatan Sampah akan mengajukan surat kerjasama peminjaman lokasi di kawasan sekolah untuk pengujian MTPS. Sebetulnya pengujian dapat saja dilakukan di komplek BRIN namun ada kesulitan untuk mendapatkan perijinan pengelola kawasan dan kesulitan mendapatkan sampah. Sampah kantor sudah dikontrakkan kepada pihak luar. 

Harapan dalam jangka panjangnya adalah pengelolaan sampah dapat dilakukan di lingkungan pendidikan, misal agar sekolah yang ada di sekitar jalan Emo Kurniatmaja antara lain SMAN 3, Sekolah Dasar Negeri Emo dan Panglejar dapat memanfaatkan MTPS Portable tersebut untuk mengurangi jumlah residu sampah dan menjaga lingkungan tetap bersih guna mencapai penglelolaan sampah mandiri, tutup Arie.


Sementara Kusnadi selaku Kepala Sekolah SMPN 2 Subang menyampaikan, rasa senang terlaksananya kegiatan edukasi TTG ini dan berterimakasih atas kehadiran narasumber dari periset PRTTG-BRIN. Kemudian ia sampaikan, bahwa modul projek sebagai profil pelajar Pancasila merupakan dokumen yang berisi tujuan, langkah, media pembelajaran, dan asesmen yang dibutuhkan untuk melaksanakan P5. Pendidik memiliki keleluasan untuk membuat sendiri, memilih, dan memodifikasi modul projek profil yang tersedia sesuai dengan kontek, karakteristik, serta kebutuhan peserta didik. 

“Gaya hidup berkelanjutan anak didik diharapkan mampu memahami dampak dari aktivitas manusia, baik jangka pendek, maupun jangka panjang, terhadap kelangsungan kehidupan di dunia maupun di lingkungan sekitarnya. Siswa mampu berpikir kritis tentang pengaruh aktivitas manusia dan perubahan iklim. Siswa bisa membangun kesadaran ramah lingkungan dan mempromosikan gaya hidup yang lestari berkelanjutan dalam kesehariannya. Siswa memahami potensi bencana dilingkungan sekitar akibat lingkungan rusak, sambut Kusnadi”.


Kusnadi katakan, adapun maksud dan tujuan dilaksanakannya kegiatan edukasi P5 ini adalah untuk mengajak siswa mengamati dan menyelesaikan permasalahan di sekitar sekolah melalui lima aspek utama, yaitu: potensi diri, pemberdayaan diri, peningkatan diri, pemahaman diri, dan peran sosial. P5 adalah salah satu program/kegiatan di sekolah terkait implementasi kurikulum merdeka. Pada pelaksanaannya, kami berupaya mengundang para ahli yang kompeten di bidangnya, yang dapat memberikan pemahaman TTG dan penerapannya pada anak-anak didik kami, kata Kusnadi.


Lebih lanjut Kusnadi sampaikan, bahwa kegiatan edukasi TTG yang dilaksanakan di halaman sekolah SMPN 2 Subang ini telah direncanakan dan dihadiri anak didik sebanyak 1017 siswa, terdiri dari; kelas 7, 8, dan 9. Sementara dari tim periset PRTTG-BRIN hadir sebanyak 4 orang yang bertindak sebagai narasumber yaitu (Arie Sudaryanti dan Dadang D Hidayat) dan dua orang teknisi (Taufik Yudhi dan Dadang Gandara) yang melakukan uji coba alat TTG pembakar sampah, serta hadir Koordinator Humas BRIN KS Subang sebagai pendamping/pubdok.

Kehadiran para periset BRIN dalam mengedukasi TTG pengelolaan sampah ini sangat membantu kami para guru-guru untuk menerapkan program P5 dengan tema yang relevan. Sebagai tindak lanjutnya kami mengharapkan bantuan dan pedampingan dari periset PRTTG-BRIN agar program P5 khususnya dengan Topik “Aku Pelindung Bumiku Dari Sampah Plastik” ini dapat terlaksanakan dengan sukses dan kaya dengan edukasi tentang lingkungan, pungkasnya.


Sebagai penutup Kusnadi sampaikan, bahwa kegiatan edukasi ini sangat bermanfaat bagi anak didik kami, dimana nampak para siswa antusias dan serius mengikutinya serta menyampaikan pertanyaan-pertanyaan kepada narasumber/periset PRTTG-BRIN, hal ini karena adanya rasa keingintahuan para siswa dalam penerapan alat TTG yang mereka butuhkan dari periset BRIN, karenanya kami sangat berterima kasih kepada tim periset BRIN yang telah mengedukasi para siswa SMPN 2 Subang di bidang TTG teknik pengelolaan lingkungan, tutup Kusnadi. (sp.ecp.da/da)
Komentar
Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE. #JernihBerkomentar
  • Periset BRIN, Lakukan Pembenahan TTG Pada Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila

Terkini

Iklan